Membuat Kompos Sederhana (Tulisan ke-2)
Kompos yang dihasilkan ini akan dijadikan sebagai media tanam siap pakai untuk tanaman sukulen, tanpa campuran bahan lain. Oleh karena itu pembuatan kompos menggunakan bahan-bahan yang biasa dipakai pada campuran media tanam sukulen yakni pasir, sekam mentah, sekam bakar, dan pupuk kandang halus dari kotoran domba.
Beberapa kali mencoba membuat kompos, baru pada uji coba ini dihadapkan pada situasi dimana wadah pembuatan komposnya kecipratan air hujan (atau bisa jadi kehujanan karena saat itu lagi keluar rumah). Dikira tak masalah karena kompos tampak luar atas hanya lembab, jadi dibiarkan saja. Keesokan hari barulah tercium seperti bau sampah busuk.
Tidak diketahui sumber bau dari wadah yang mana, diputuskan membongkar semua wadah. Ternyata kompos basah di bagian tengah sampai bawah, bahkan ada satu wadah yang bagian bawahnya agak tergenang, makin bawah kompos makin bau. Padahal sehari sebelum kehujanan, bagian atas kompos sempat dibongkar, tidak berbau bahkan tercium aroma tanah segar, terlihat bahan hijau banyak yang sudah lapuk.
Rasanya ingin dibuang saja, takut baunya mengganggu tetangga sebelah. Tapi ada rasa penasaran, kira-kira bagaimana hasilnya kalau diberi perlakuan tambahan. Dan Alhamdulillah, akhirnya kompos jadi tidak bau.
Baiklah, ini catatan kami.
Wadah
Menggunakan ember plastik, bisa untuk 2-3x pengisian limbah dari dapur.
Proses pembuatan
Secara aerob (memerlukan oksigen). Wadah ditempatkan di udara terbuka, terhindar dari paparan sinar matahari langsung dan tidak kehujanan. Tapi seperti disebut di awal, lupa menyimpan wadah hingga kecipratan hujan rupanya berakibat fatal, kompos jadi basah dan berbau.
Aktivator
Memakai mikroorganisme lokal (MOL) buah sayur untuk membantu mempercepat pelapukan bahan organik. MOL dilarutkan dengan air.
Bahan coklat*)
Sebagai bahan sumber carbon memakai pasir, sekam mentah, sekam bakar dan pupuk kandang halus dari kotoran domba.
*) istilah lain yang kami pakai adalah bahan kering karena tekstur cenderung kering.
Bahan hijau**)
Sebagai bahan sumber nitrogen berasal dari limbah dapur, yakni bagian buah dan sayur segar yang tidak dimakan, nasi sisa, dan tahu tempe yang tidak dimasak. Tidak memakai bahan hewani kecuali cangkang telur.
Sebelum digunakan, limbah dicacah jadi ukuran kecil guna mempermudah proses pelapukannya. Untuk nasi sisa tetap bentuk utuh, sementara cangkang telur dihancurkan mendekati bentuk tepung kasar.
**) istilah lain yang kami pakai adalah bahan basah karena tekstur cenderung basah.
Pemakaian bahan
Bahan dalam wadah disusun berlapis secara selang-seling: bahan coklat, bahan hijau, bahan coklat, bahan hijau, dan seterusnya. Volume bahan yang dipakai hanya dikira-kira mendekati perbandingan 2 bahan coklat : 1 bahan hijau.
Kompos_A (mulai 13/04)
Bahan hijau
- L1: batang bayam, batang pakcoy, batang seledri, kulit kentang, kulit pepaya, kulit pisang, nasi sisa.
- L2: cangkang telur, kulit gambas, kulit pepaya, nasi sisa.
Bahan coklat
- BC1, campuran sekam mentah dan sekam bakar 1 : 1.
- BC2, campuran sekam mentah dan media tanam 1 : 1 (media tanam berupa campuran pasir, kompos, sekam bakar 1 : 1 : 1).
Tahapan
13/04
- lapisan BC1.
- lapisan BC2.
- semprotkan MOL.
- lapisan L1.
- semprotkan MOL.
- taburkan pupuk kandang halus.
- lapisan BC2.
17/04
- lapisan L2.
- semprotkan MOL.
- lapisan BC2.
Kompos_B (mulai 19/04)
Bahan hijau
L3: batang bayam, kulit pepaya, kulit pisang, kulit wortel, nasi sisa, tempe tidak dimasak.
Tahapan
- lapisan BC1.
- lapisan BC2.
- semprotkan MOL.
- lapisan L3.
- semprotkan MOL.
- taburkan pupuk kandang halus.
- lapisan BC2.
Kompos_C (mulai 21/04)
Bahan hijau
- L4: batang bayam, kulit jeruk, kulit kentang, kulit labu, kulit pepaya, kulit wortel, sisa sayur tidak dimasak (kacang panjang, kol).
- L5: batang bayam, batang kangkung, buncis, kulit jeruk, kulit pisang, nasi sisa, sisa gado-gado tidak dimakan (kacang panjang, kol, labu, tauge, wortel), tahu tempe tidak dimasak.
Tahapan
21/04
- lapisan BC1.
- lapisan BC2
- semprotkan MOL.
- lapisan L4.
- semprotkan MOL.
- taburkan pupuk kandang halus.
- lapisan BC2.
25/04
- lapisan L5.
- semprotkan MOL.
- lapisan BC2.
Pemeriksaan
25/04
Bagian atas kompos_A (13 hari), kompos_B (7 hari) dibongkar, terlihat:
- warna kecokelatan.
- kompos lembab.
- tidak tercium bau.
- tercium aroma tanah segar.
- bahan hijau kompos_A sudah terurai, kompos_B ada yang belum terurai.
Kompos_C tidak diaduk karena pada tanggal yang sama bahan hijau (L9) baru dimasukan.
Kompos kehujanan
26/04
Wadah kecipratan air hujan, bagian atas terlihat lembab.
Kompos tercium bau
27/04
Bau seperti ampas tahu. Awalnya menduga dari kompos_C karena dalam L5 ada limbah tahu. Mencoba diatasi dengan menambahkan lapisan tanah di bagian atas kompos.
28/04
Tercium bau menyengat seperti sampah busuk, tidak diketahui dari wadah yang mana.
Kompos dibongkar
28/04, kompos_A,B
29/04, kompos_C
Lama***) proses pembuatan:
- kompos_A (12 hari).
- kompos_B (10 hari).
- kompos_C (5 hari).
***) dihitung dari masuknya bahan hijau yang terakhir sampai dibongkar.
Setelah kompos dibongkar, hasilnya sama:
- bagian atas lembab, tidak bau.
- bagian tengah basah, bau.
- bagian bawah kompos_A basah, bau tidak menyengat.
- bagian bawah kompos_B,C basah sekali (becek), bau sangat menyengat. Diputuskan, bagian bawah kompos_B,C ini dibuang.
- bahan hijau di kompos_A sudah terurai, di kompos_B masih ada yang belum terurai, di kompos_C banyak yang belum terurai, bentuknya menggumpal.
Perlakuan diberikan
Dilakukan bersamaan saat kompos dibongkar:
28/04, kompos_A,B
29/04, kompos_C
Untuk mengatasi kompos basah dan berbau ini, kami coba dengan cara:
1. Menambahkan bahan coklat (BC3) berupa campuran pasir, sekam mentah, sekam bakar. Diharapkan kandungan air dalam kompos yang basah bisa terserap. Pasir dan sekam mentah yang ditambahkan lebih banyak dibanding sekam bakar. Makin basah kompos, makin banyak pasir dan sekam mentah yang ditambahkan.
2. Mencampur kompos dan bahan coklat (BC3) dengan cara diaduk merata (homogen) sehingga banyak oksigen yang masuk dan proses pengomposan bisa berjalan dengan baik.
Tahapan:
1. Kompos dikeluarkan sedikit dari wadah, masukan dalam wadah lain atau plastik lebar.
2. Tambahkan bahan coklat BC3.
3. Aduk campuran kompos dan BC3 sampai kompos yang semula basah jadi lembab.
4. Siapkan wadah/plastik lebar.
5. Tuangkan hasil langkah 3 ke wadah/plastik yang disiapkan.
6. Ulangi langkah 1-3 dan 5 sampai kompos basah di wadah habis.
7. Kompos yang telah dicampur dibiarkan kering angin sebentar.
8. Masukan kembali kompos dalam wadah semula.
Pada kompos_C, penambahan bahan coklat BC3 lebih banyak dibanding kompos_A,B karena kompos_C lebih basah.
Pada kompos_C, selain bahan coklat BC3 juga ditaburkan pupuk kandang halus karena bahan hijau kompos_C banyak yang belum terurai.
Pada kompos_B ditaburkan remah daun jambu kering.
Kompos setelah perlakuan
Setelah ditambahkan bahan coklat BC3, kompos_A,B,C menjadi lembab tapi tidak basah dan bau menyengat hilang. Bahkan dari kompos_B tercium aroma daun jambu kering.
Setelah penambahan bahan coklat BC3, perbandingan antara bahan coklat dan hijau mendekati 4 : 1.
Total wadah kompos semula 3 jadi 7 ember:
- kompos_A jadi 2 (A1,A2).
- kompos_B jadi 2 (B1,B2).
- kompos_C jadi 3 (C1,C2,C3).
Pembuatan kompos dilanjutkan
Setelah kompos basah dan bau bisa diatasi, proses pembuatan kompos dilanjutkan sampai kami anggap kompos matang.
Hasil akhir
Kompos_A
21 hari (13/04-03/05)
Kompos_B
15 hari (19/04-03/05)
Kompos_C
25 hari (21/04-05/05)
Kompos_A,B disimpan dalam plastik (bekas kantong beras), siap pakai untuk media tanam sukulen:
Kompos_C masih disimpan dalam ember:
Kompos_A,B,C kami anggap sudah matang, hasilnya:
- Warna kompos coklat kehitaman.
- Kompos tidak berbau.
- Tercium aroma tanah segar.
- Tekstur kompos seperti remah, mudah hancur.
Alhamdulillah, semoga bermanfaat.