Membuat Kompos Sederhana (Tulisan ke-5 - selesai)
Berikut ini rangkuman catatan membuat kompos sederhana di rumah, hanya gambaran umum dari 4x uji coba (itupun masih belajar).
Kompos basah ditambahkan campuran pasir, sekam bakar, pupuk kandang halus. Proses dilanjutkan secara aerob.
Proses pembuatan
Kalau disuruh memilih pembuatan secara aerob (memerlukan oksigen) atau anaerob (tanpa memerlukan oksigen), tentunya kami pilih proses secara aerob. Mengapa! Lebih mudah dan praktis.
Wadah
Bisa memanfaatkan barang yang ada di rumah misalnya seperti baskom, ember, toples.
Pada pembuatan secara aerob, wadah kami beri tambahan pipa paralon berlubang yang diletakkan di tengahnya untuk menjaga agar ada aliran udara dalam wadah.
Pada pembuatan secara anaerob, meski wadah tertutup tetap dibuat lubang (saluran) untuk mengeluarkan air yang dihasilkan selama proses berlangsung.
Aktivator
Baik secara aerob maupun anaerob, kami pakai aktivator MOL buah sayur atau MOL tempe untuk membantu mempercepat proses pelapukan bahan organik.
MOL dipakai dengan cara dilarutkan air, atau dilarutkan campuran air cucian beras dan larutan gula pasir sebagai sumber nutrisi (karbohidrat dan glukosa) untuk mikroorganisme.
Bahan coklat
Sebagai bahan sumber carbon menggunakan daun kering, pasir, pupuk kandang halus dari kotoran domba, sekam bakar, sekam mentah, dan tanah.
Pemakaian bahan coklat tersebut dalam bentuk campuran, misal:
2 bahan (sekam bakar, sekam mentah),
atau 3 bahan (daun kering, sekam bakar, sekam mentah).
Bahan hijau
Sebagai bahan sumber nitrogen memanfaatkan limbah dapur, yakni bagian buah dan sayur yang tidak dimakan (batang, buah, daun, kulit), tahu tempe yang tidak dimasak, dan nasi sisa. Sejauh ini belum mencoba dari limbah hewani terkecuali cangkang telur.
Pencacahan bahan
Ini untuk mempermudah proses pelapukan bahan. Limbah buah, sayur, tahu, tempe dipotong jadi ukuran kecil. Nasi sisa tetap bentuk utuh, untuk cangkang telur dihancurkan mendekati bentuk tepung. Begitu juga daun kering, dipotong kecil atau dihancurkan jadi remah.
Pemakaian bahan
Takaran bahan yang dipakai hanya dikira-kira, tidak ditimbang. Perbandingan antara bahan coklat dan hijau yang pernah dicoba kurang lebih 2 : 1, tapi yang lebih sering dipakai mendekati 3 : 1 atau sampai 4 : 1.
Pembuatan
Sebelum dipakai, bahan coklat maupun hijau masing-masing disemprot MOL hingga lembab, lalu diaduk rata.
Bahan kompos ditempatkan dalam wadah secara berlapis, selang-seling antara bahan coklat dan hijau. Bahan coklat menjadi lapisan pertama (bawah) dan terakhir (atas).
Contoh:
Lapisan 1 bahan coklat.
Lapisan 2 bahan hijau.
Lapisan 3 bahan coklat.
Lapisan 4 bahan hijau.
Lapisan 5 bahan coklat
dan seterusnya, lapisan terakhir bahan coklat.
Penyimpanan
Wadah kompos aerob disimpan di tempat terbuka agar ada sirkulasi udara, tidak kena paparan sinar matahari langsung, dan jangan sampai kehujanan agar kompos tidak basah (apalagi tergenang) hingga berbau menyengat.
Demikian juga untuk kompos anaerob, meski wadah tertutup tetap perlu disimpan di tempat yang teduh.
Pengadukan
Kompos aerob mulai diaduk (dibongkar) setelah 7 hari berjalan. Pengadukan ini untuk membalikan kompos agar oksigen bisa masuk ke seluruh bagian dalam wadah. Sekaligus melihat apakah kompos di bagian dalam basah atau tidak, juga bisa mengetahui apakah limbah organik sudah terurai atau belum.
Pengadukan selanjutnya selang 3-4 hari sampai kompos dianggap matang.
Waktu pembuatan
Dari uji coba yang dilakukan, setelah 22-25 hari kompos aerob kami anggap sudah matang.
Mengatasi kompos basah
Keadaan kompos yang basah pernah dialami saat uji coba, kompos basah tapi belum sampai tercium bau dan kompos basah serta berbau menyengat.
Untuk mengatasinya dengan cara menambahkan bahan coklat pada kompos basah tersebut, lalu diaduk sampai tercampur rata sehingga banyak oksigen yang masuk. Kompos yang semula basah jadi lembab dan proses pengomposan bisa dilanjutkan.
Contoh: kompos_A
Hari ke-14
Kompos aerob ini dibongkar, terlihat basah tapi tidak bau bahkan tercium aroma jeruk (kebetulan ada limbah kulit jeruk). Mungkin kompos basah karena kurang bahan coklat (perbandingan bahan coklat dan hijau mendekati 2 : 1).
Kompos ditambahkan tanah. Setelah penambahan bahan coklat, perbandingan antara bahan coklat dan hijau kurang lebih menjadi 3 : 1.
Hari ke-25
Kompos tidak basah, tekstur seperti remah, warna coklat kehitaman, tercium aroma tanah segar.
Contoh: kompos anaerob
Hari ke-14
Kompos dalam toples ini dibuka dan dibongkar, tidak tercium bau, tapi kompos basah. Mungkin karena air tidak keluar dari lubang bawah (saat toples dimiringkan, ada air yang menetes).
Hari ke-7 (dari mulai aerob)
Kompos tidak basah, tekstur seperti remah, warna coklat kehitaman, tercium aroma tanah segar, bahan hijau sudah terurai.
Contoh: kompos kehujanan
Hari ke-14
Kompos aerob ini wadahnya kehujanan (tapi tidak sampai terendam). Dari luar tercium bau menyengat seperti sampah busuk. Saat dibongkar, kompos bagian tengah sampai bawah basah, bau menyengat tercium tajam, dan masih ada bahan hijau yang belum terurai.
Hari ke-16
Ditambahkan campuran pasir, sekam mentah dan sekam bakar.
Hasilnya kompos menjadi lembab (tapi tidak basah) dan bau menyengat hilang. Proses dilanjutkan sampai kompos matang. Setelah penambahan bahan coklat, perbandingan antara bahan coklat dan hijau mendekati 4 : 1.
Hari ke-21
Kompos kami anggap matang.
Kompos matang
Dilihat dari ciri:
- Tidak berbau.
- Tercium aroma seperti tanah segar.
- Warna coklat kehitaman.
- Teksturnya seperti remah (mudah hancur saat dikepal).
Penutup
Sesuai tujuan pembuatannya, sekarang kompos tersebut telah kami gunakan sebagai media tanam siap pakai untuk tanaman sukulen, tanpa campuran bahan lainnya.
Alhamdulillah, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar