Berbagi Cerita Merawat Tanaman Sukulen
Akhir januari 2020 awal belajar menanam tanaman ini dan sampai sekarang tetap berminat untuk mengenalnya lebih jauh meskipun bisa dikatakan gampang-gampang susah.
Echeveria purple pearl, haworthia retusa, echeveria lemon dan echeveria lola adalah koleksi pertama yang Alhamdulillah sudah berusia 2 tahun masih tumbuh sehat hingga saat ini dan sudah banyak tunas maupun daunnya yang diperbanyak.
Berikut ini cerita tentang apa-apa yang biasa kami lakukan saat belajar menanam hingga merawat sukulen, karena awalnya dari tidak tahu, maka boleh jadi apa yang dirangkai dalam tulisan ini mungkin tidak sesuai dengan yang berlaku umum dalam ilmu pertanian.
Media tanam
Karena sukulen dapat menyimpan air dalam bagian tubuhnya, maka media tanam yang dipakai perlu bersifat porus dimana air dapat cepat mengalir sehingga media tanam tidak tergenang.
Di awal-awal belajar menanam tanaman ini, media tanam yang digunakan adalah media tanam siap pakai khusus untuk sukulen/kaktus yang dibeli di supermarket, dijual dalam kemasan plastik per 2 kg dengan bahan campuran sekam bakar, sabut kelapa, pasir malang, dan pupuk organik (komposisi masing-masing bahan tidak disebutkan), Alhamdulillah sukulen tumbuh sehat.
Saat sukulen makin banyak, mulai terkendala biaya dikeluarkan, akhirnya mulailah belajar membuat media tanam sendiri, ini pun diawali dengan coba-coba baik itu pemilihan jenis dan komposisi bahan campuran hingga pemakaiannya pada tanaman. Mulai september 2021 hingga sekarang dipakai media tanam buatan sendiri dengan bahan campuran sekam bakar (SB), pasir bangunan (PB) yang diayak diambil bagian yang kasar, dan pupuk organik halus dari kotoran kambing (PK) dengan komposisi masing-masing bahan 10% SB, 80% PB, 10% PK. Dari data harga bahan per september 2021 diperoleh biaya pokok produksi Rp. 1.877/kilogram, mudah-mudahan sukulen tumbuh sehat, aamiin.
Kembali lagi karena sifat sukulen yang mampu menyimpan air dalam bagian tubuhnya, pot yang digunakan pun diupayakan mempunyai drainase yang baik sehingga saat penyiraman air tidak tertahan dan menggenangi akar.
Boleh jadi pemakaian pot yang bagian bawahnya berlubang lebih aman karena saat penyiraman air bisa mengalir, meskipun bisa saja memakai pot tanpa lubang. Saat menanam, biasanya di bagian bawah pot diberi alas batu kerikil atau pecahan bata merah yang berfungsi sebagai penahan agar media tanam tidak hanyut bersama air saat dilakukan penyiraman selain juga berfungsi sebagai lubang ventilasi, baru setelah itu dimasukkan media tanam.
Pot yang dipakai bisa pot plastik, keramik, semen, atau lainnya. Ukuran pot biasanya disesuaikan dengan ukuran tanaman, saat perbanyakan biasanya kami tanam dalam pot diameter 6 atau 8 cm, setelah agak besar dipindah ke pot 10 cm, tumbuh semakin besar dipindah ke pot 12-13 cm, untuk yang dewasa ditempatkan dalam pot 17-20 cm.
Sukulen memiliki bentuk yang cantik, semakin indah manakala ditempatkan dalam pot yang juga menarik atau dengan menambahkan batu hias di permukaan pot.
Penyiraman dilakukan pada bagian permukaan media tanam sampai tergenang dan air mengalir dari lubang pot bagian bawah. Air mengenai daun atau bunga tidak masalah.
Karena jumlah tanaman yang masih belum banyak, penyiraman masih dilakukan dengan alat sederhana berupa botol plastik bekas air mineral 600 ml. Bagian tutup botol dimodifikasi diberi potongan sedotan disambung selang aerator guna menghindari kerusakan pada tanaman mengingat tekstur sedotan yang agak keras sementara selang aerator lebih lentur dan lembut.
Cara memakainya, botol diisi air kemudian pot disiram satu persatu. Nampaknya tidak praktis, perlu beberapa kali isi botol, tapi tak mengapa. Mencoba pakai botol 1500 ml, tapi saat memegang botol berat. Pernah pakai sprayer, namun volume air yang disiram kurang karena yang kena hanya bagian permukaan saja, selain itu karena pemakaian kurang hati-hati, sprayer cepat rusak.
Jadwal penyiraman
Sukulen tidak perlu disiram setiap hari, namun tetap perlu dibuat jadwal penyiraman yang dimaksudkan sebagai patokan kapan dilakukan penyiraman. Saat menetapkan jadwal 2x/minggu, rupanya beberapa sukulen justru membusuk, hingga akhirnya jadwal jadi 1x/minggu setiap pagi hari (jam 8-11 wib).
Sebelum disiram biasanya terlebih dahulu diperiksa kelembaban media tanam setiap pot, yakni dengan cara sedikit menggali/mengorek media tanam bagian atas dengan jari tangan, bila bagian dalam masih lembab penyiraman ditunda.
Meskipun dibuat jadwal penyiraman tetap, namun ada beberapa situasi yang menjadikan jadwal berubah atau tidak dilakukan penyiraman sesuai jadwal, antara lain:
- Suhu dan kelembaban lingkungan. Saat musim hujan, penguapan berkurang sehingga media tanam seringkali terlihat masih lembab, jadwal berubah >7 hari baru disiram. Demikian sebaliknya saat musim kemarau, beberapa sukulen penyiramannya <7 hari.
- Keadaan dan karakter tanaman. Dari beberapa kali pengamatan misalnya pada sukulen bush senecio dan senecio rowleyanus, bila daunnya terlihat menciut/ mengerut umumnya menunjukkan kekurangan air, untuk itu segera disiram. Demikian juga pada sukulen portulacaria afra, nampaknya sukulen ini lebih senang dengan media tanam yang agak lembab sehingga bisa disiram <7 hari.
- Kelembaban media tanam. Adakalanya bagian atas media tanam nampak kering, namun saat diperiksa bagian dalam ternyata masih lembab, bila demikian biasanya penyiraman ditunda.
Pemupukan
Mungkin ini sedikit berbeda, kebetulan kami menggunakan cairan mikroorganisme lokal (mol) sebagai pupuk. Cairan mol ini dibuat sendiri dari bahan organik limbah sayuran dan buah (bayam, kangkung, pakcoy, kulit wortel, kulit pisang, kulit pepaya), air cucian beras, dan larutan gula putih yang difermentasi secara anaerob.
Pemupukan dilakukan 1x/bulan bersamaan dengan penyiraman. Dosis pemupukan 5 tutup botol air mineral 600 ml dilarutkan dengan 5 lt air, biasanya untuk 1 rak tanaman (+/- 70 pot diameter 10-12 cm).
Penempatan
Sukulen yang berwarna selain hijau nampaknya perlu mendapat cahaya matahari yang cukup agar warna bisa muncul. Lain halnya dengan sukulen yang berwarna hijau, intensitas cahaya yang terlalu tinggi kadangkala mengakibatkan warna daun terbakar. Untuk sukulen kecil dari hasil perbanyakan biasanya kami simpan di tempat yang teduh, tidak kehujanan dan tidak kena paparan sinar matahari.
Penyiangan
Gulma yang tumbuh di pot sukulen sangat jarang bahkan hampir tidak ada. Saat uji coba memakai media tanam yang salah satu bahan campurannya sekam mentah, gulma yang tumbuh ya tanaman padi.
Selain gulma, penyiangan yang dilakukan yakni mengambil daun kering. Daun mengering mulai dari bagian ujung selanjutnya ke pangkal daun, bila sudah benar-benar kering umumnya terlepas/jatuh dengan sendirinya, namun adakalanya tidak terlepas, cukup dipotes dengan tangan daun akan terlepas, atau bila sulit (misal ada dibagian bawah tertutup daun lain) dapat menggunakan pinset untuk mengambilnya.
Daun kering dicabut dari batang saat bagian pangkalnya sudah mengering, bila belum, biasanya dibiarkan dahulu (meskipun tidak sabar ingin mencabut); mengapa demikian, karena bila dipotes akan mengeluarkan air sehingga menimbulkan luka, terlebih bila luka tersebut tersentuh air (misal saat bersamaan dilakukan penyiraman), kemungkinan tanaman mengalami busuk karena luka bekas potesan belum kering.
Penggantian pot ke ukuran lebih besar
Ini dilakukan manakala ukuran tanaman sudah tidak sesuai dengan ukuran pot. Penggantian ke pot lebih besar ini dimaksudkan bukan hanya karena perbedaan ukuran tanaman dan pot saja, tetapi dengan pindah pot ketersediaan media tanam jauh lebih banyak dan ruang gerak akar lebih luas, harapannya tanaman bisa tumbuh lebih baik.
Ilustrasi gambar berikut ini saat pemindahan sukulen graptopetalum:
- Tanaman di pot 10 cm akan dipindahkan ke pot 13 cm.
- Bagian bawah pot yang baru diisi batu kerikil.
- Media tanam baru dimasukkan sampai dengan 3/4 isi pot.
- Tanaman dikeluarkan dengan cara membalikkan pot sambil tanaman dipegang dengan cara dijepit longgar diantara ibu jari dan telunjuk. Bisa juga dibantu dengan cara mengetuk bagian luar pot.
- Setelah tanaman dikeluarkan tampak batu kerikil dibagian bawah masih menempel dengan media tanam.
- Batu kerikil dikeluarkan/disisihkan.
- Tanaman berikut media tanam yang lama dimasukkan ke pot baru yang sudah diisi media tanam baru.
- Media tanam baru ditambahkan sampai +/- 1 cm dibawah bibir pot, media tanam dipadatkan dengan cara mengetuk-ngetuk bagian luar pot.
- Tanaman sudah di pot baru, lebih luas dan proporsional, serta media tanam lebih banyak.
Pemindahan juga dilakukan untuk tanaman-tanaman kecil (misal hasil perbanyakan dari daun atau pucuk) agar bisa tumbuh optimal dipindahkan ke pot yang lebih besar (misal semula di pot 8 cm dipindah ke pot 10 cm).
Pemangkasan sukulen yang tinggi
Selain untuk tujuan perbanyakan, ini dimaksudkan agar tumbuh cabang baru dan sukulen tetap terlihat cantik.
Ilustrasi gambar berikut saat pemangkasan sukulen sedum adolphii:
- Tanaman di pot 13 cm, dipangkas untuk tujuan perbanyakan. Daun yang ada di sekitar batang dipotes sehingga memudahkan saat memotong batang utama.
- Pemotongan memakai gunting yang sebelumnya telah disterilkan.
- Setelah bagian pucuk dipotong, daun disekitar batang dipotes sehingga bagian batang untuk ditanam lebih panjang.
- Potesan pucuk dan daun disimpan ditempat kering 2-3 hari, tidak kepanasan dan kehujanan atau terkena air sampai luka bekas potesan kering. Setelah benar-benar kering, untuk potesan daun disimpan di pot perbanyakan dan potesan pucuk ditanam di pot 10 cm. Mudah-mudahan tumbuh.
Pemeriksaan hama kutu
Belalang merupakan salah satu hama yang pernah terlihat memakan daun sukulen yang dewasa.
Yang sering ditemukan, maaf tidak mengetahui nama hama tersebut hanya kami menyebutnya kutu berwarna putih, ukurannya kecil, terbang, menempel di daun, batang, bahkan sampai ke akar.
Komentar
Posting Komentar